Agan Harahap is a photographer, illustrator and a Yogyakarta based artist. His works has been exhibited in galleries all over Bogota, Korea, France, Singapore and Indonesia.
AGAN: “Semuanya hanya sekedar bercanda..”
[interview.subagyo / pics.agan harahap / June 2014]
Gan, bisa ceritain sedikit ga ini semua karya foto 'Teman Teman Seleb', 'Visit Indonesia 2014' dan 'My Politician's Friends' bermula darimana?
Hahahaha.. Begini bung, ini bermula waktu gue ga sengaja buka halaman facebook temen gue. Di album-album fotonya, ada 1 judul album yang namanya: Temen Temen Seleb. Album itu berisi foto-foto 'kedekatannya' sama selebriti tanah air. Di setiap foto-foto yang diunggah banyak menuai 'like' dan komentar yang bersifat positif dari teman-temannya. Adapun Teman gue ini adalah pendatang di Jakarta. Dengan adanya 'bukti kedekatannya' dengan para selebriti, secara otomatis dia tiba-tiba dianggap penting di medan sosialnya. Setelah itu, gue ga sengaja pergi ke sebuah restoran di Jakarta. Di dinding restoran itu dipenuhi ratusan foto selebriti yang pernah bertandang ke restoran itu. Lalu gue mikir, kenapa jadi sebegitu pentingnya untuk memajang foto-foto selebriti di ranah sosial mereka? Demi mendongkrak popularitaskah? Atau untuk menambah daya jual? Dan sebagainya..
..dan itu smua menginspirasi karya 'Teman Teman Seleb' dan 'My Politician Friends' ya.. Apakah ini lebih ke sarkasme atau kritik pedas untuk para social climber? Hahaha..
Gue gak begitu mau fokus sama persoalan social climber sih. Walaupun memang bisa dikaitkan kesana. Tapi gue lebih zoom out lagi ke perilaku 'purba' dalam ranah fotografi ini dengan memanfaatkan 'bukti kedekatannya' dengan sosok populer untuk tujuan tertentu..
Ok. Pernah mendapat 'masalah' dari pihak-pihak tertentu atau ada pengalaman lucu mungkin?
Belum pernah ada yang sampai serius sih. Yang lucu kan tanggapan-tanggapan orang setelah fotonya gue 'distribusikan' di jaringan sosial. Komentar-komentar orang seperti : AH HOAX! ini mah editan potosop!! Dan sebagainya.. Dengan menggunakan bahasa-bahasa ala Roy Suryo itulah yang bikin jadi lucu.
Apa karya-karya ini berbahaya di ranah hukum atau masih di grey area? Atau mungkin ini seperti kolase saja dan menciptakan entitas baru?
Maksudnya tentang hak cipta dan sebagainya nih? Sebab gue sekarang memang praktis berkarya dengan memakai foto temuan aja. Kalo secara hukum, tentang hak cipta, hak intelektual dan sebagainya, gue sampai saat ini belum pernah disinggung soal itu. Karena gue bergerak di ranah senirupa yang notabene jelas berbeda dari ranah industri komersil. Mungkin ini tinggal masalah norma-norma kepantasan yang berlaku di masyarakat aja. Tapi analogi gue begini. Ibaratkan jaringan internet ini adalah jalan raya yang bisa dengan mudah dilewati siapa saja. Dan ada sepeda motor dengan kunci dan stnk yang dibiarkan tanpa adanya pengaman/kunci/orang yang mengawasi. Yaa, secara logika, lo bisa aja kan pake motor tadi sebab ga ada yang klaim dan protes.
Mungkin kalau bentuk yang lebih 'serius' nya itu adalah karya photoset 'Superhero' anda ya? Sudah dipamerkan dimana saja itu?
Hehe semuanya bisa jadi sekedar bercanda, bisa juga jadi pembahasan serius yang tak berujung pangkal. Superhero pernah dipamerkan di Biennale Fotografica di Bogota, Colombia, di Daegu Photo Biennale di Korea, di berbagai pameran2 lain di Prancis, Singapura dan Indonesia..
Gan, untuk satu frame misalkan, foto Justin Bieber sedang karaoke dengan PL, butuh berapa lama sih pengerjaannya? Apa ada beberapa background yang sengaja lo foto dulu?
Nah, serial foto Justin Bieber dan seleb-seleb lain yang lagi melakukan 'budaya lokal' itu seri sendiri bung. Nama serinya: "Visit Indonesia 2014". Visit Indonesia 2014 merupakan pengembangan dari Teman Teman Seleb. Buat pengerjaannya tergantung keberuntungan haha. Sebab gue memakai foto-foto temuan di Internet. Untuk lama pengerjaannya tergantung keberuntungan. Bisa setengah jam, bisa sampe beberapa hari.
Apa akan ada follow up yang lebih serius atau yang lebih ngehek lagi dari semua ini?
Tergantung. Gue cuma melihat momentumnya aja sih. Apa yg kira-kira pas. Apakah itu sesuatu yg serius? Ataukah malah sesuatu yang ngehek, itu semua tergantung momennya aja..
Gan, lo kan dulu sempat kuliah di Bandung dan menetap di Jakarta. Sekarang lo tinggal Yogyakarta. Apa yang membuat Jogja menjadi pilihan untuk hunian dan berkarya? Seberapa kentara perbedaan berkesinian di Jakarta atau Jogja?
Pertimbangan ekonomi dan akses gue sebagai seniman. Sejauh ini perbedaannya cuma di akses. Di Jogja, gue cukup menggunakan sepeda untuk bisa menyambangi pusat-pusat aktifitas kesenian di kota ini. Faktor lainnya adalah faktor ekonomi. Selain itu, karena jarak dan akses yang mudah, maka sering juga bikin forum-forum 'anabel' (analisa gembel) tentang banyak hal dengan kawan-kawan seniman, secara tidak langsung telah menjadi stimultan dalam berkarya.
Miras favorit khas Jogja?
Pondoh. Fermentasi salak yang rasanya membuai..
Tempat-tempat menarik yang sering lo kungjungi di Jogja?
Wadaw. Semenjak pindah ke Jogja, gue jadi jarang nongkrong di bar. Kebanyakan mah minum di rumah atau di rumah temen sambil bikin forum anabel. Kalo pun bosen di rumah, gue ke restoran Lie Djong atau Jogja Mio bersama anak isteri. Lie Djong itu restoran Cina. Ayam garam, burung dara goreng dan kaki babinya mantep. Jogja Mio, restoran Italia. Tempatnya pas buat ngobrol-ngobrol sambil bawa keluarga. Hehehe bapak-bapak banget yaa..
www.thebastardsofyoung.com
Order from 9 AM - 7 PM
LINE: bastards_of_young
Phone : 0812-2002-9263 (SMS only)