This is our personal favorite films of 2012. Not in particular order.
PS: We didn’t get a chance to see P.T. Anderson’s ‘The Master’ and Django fucking Unchained. For those who complain that their favorite movies aren’t here, make yer own list :)
LIFE OF PI (Dir. Ang Lee)
”Titanic-by-way-of–Slumdog Millionaire narrative” -Nick Schager of The Village Voice
AK: Jika sekoci penyelamat di “Lifeboat” karya Hitchcock penumpangnya adalah seorang Nazi, buruh pabrik dan penulis novel, sekoci penyelamat di Life of Pi garapan Ang Lee bermuatan: Zebra, Orangutan, Hyena dan Macan Bengali bernama Richard Parker. This is not your average tale of surviving and adventure, but of faith to the great unknown. Selain visual dan CGI yang memanjakan mata, nyawa utama film ini terletak pada storytelling dan narasinya yang sangat apik. Sebuah pengalaman spiritual yang meditatif dan penuh dengan simbolisme. Beruntunglah bagi mereka yang sempat menyaksikan film ini di layar lebar :)
INDIE GAME: THE MOVIE (Dir. James Swirsky, Lisanne Pajot)
AK: Whoever played Mario, Zelda or Metroid when they we’re kids should see this one. Indie Game the Movie membahas developer-developer game independen yang game-game nya bisa kita beli di iTunes store, Xbox Live Arcade, WiiWare, Steam sampai Playstation Network. Para developer independen ini bersaing dengan perusahaan-perusahaan dan korporasi besar dengan pegawai 200 orang atau lebih, sedangkan tim independen mereka hanya berkisar 1 sampai 5 orang saja, membuat game dan mendevelopnya di garasi rumah mereka sendiri atau coffeeshop-coffeeshop dengan fasilitas wi-fi. Minecraft terjual 40 juta kopi, Sword & Sorcery 1 juta kopi, Limbo 8 juta kopi, dan masih banyak lagi. Fokus film ini adalah Ed McMillen dan Tommy Refenes yang membuat ‘Super Meat Boy’ dalam waktu 3 tahun (!!!), Jonathan Blow (Braid, game terbaik Xbox tahun 2008) dan Phil Fish (Fez). It’s all for the love of the game. There’s simply no other documentaries like this.
ONCE UPON A TIME IN ANATOLIA (Dir. Nuri Bilge Ceylan)
ANZ: Sebuah drama kriminal yang meditatif, karya sutradara Turki, Nuri Bilge Ceylan. Menceritakan rombongan penyidik polisi dan tersangka pembunuhan dalam investigasi mencari mayat korban yang dikubur di daerah pegunungan Anatolia. Alur film berjalan lurus dan cukup lambat, diawali dari sebuah malam yang gelap, hanya diterangi lampu mobil iring-iringan para penyidik, dimana mereka menyusuri lanskap pegunungan anatolia yang kadang mencekam dan kadang indah memukau, berlanjut hingga keesokan paginya di kota, yang tak kalah muram dengan saat malamnya. Alih-alih berfokus pada satu plot utama, selama dua setengah jam, Nuri Bilge Ceylan merangkai jalan cerita yang hampir seperti sebuah stream of consciousness, menceritakan kegelisahan- kegelisahan para karakter melalui dialog-dialog yang mendalam dan menarik.
BEYOND THE BLACK RAINBOW (Dir. Panos Cosmatos)
“Your everyday conversation!” – My best friend
RR: Yes yes yes. Beyond The Black Rainbow is MESMERIZING. Film ini mungkin bukan buat semua orang. Either kalian mati kebosanan nontonnya atau menggerutu. Buat saya film ini serius dalam menghadirkan visual. Mise en scene yang sempurna! For the fans of 70’s science fiction like what Lucas did in THX 1138 and early angry Cronenberg.
AK: A mindfuck for those who likes Solaris or Kubrick’s 2001. Presented in a visual eye candy.
DETENTION (Dir. Joseph Khan)
“THAT’S FUCKING INSANE!” – Myself
RR: Have you seen Torque? I put Torque as my modern best bike film ever. So, Joseph Khan mungkin adalah my personal favorite asshole. So dia ngeluarin satu film yang bath-salt crazy meth insane filmmaking taun ini. Mungkin ini adalah film dengan pace paling cepat yang pernah saya tonton. Dan narrative yang gila. Ditambah dengan referensi ke pop-culture, style editing, juga cinematography yang emang gak biasa. Detention adalah semacam dekonstruksi genre (for me Cabin it’s not a deconstruction, it’s a pure horror film), ngerubah dan mainin genre teen movie, slasher, dan sci-fi dalam satu setengah jam durasinya. Also, one of the best color-palette this year.
EXCISION (Dir. Richard Bates Jr.)
“The trailer seems too quirk for me” – My friend
RR: Saya tidak mengerti kenapa banyak banget orang yang loathing sama film ini. Yep, I know! It has a very segmented market, dan mungkin juga kehadiran John Waters disini gak membantu (?) But yep, if you love Carrie that mixed with any Rinse Dream’s films you probably see this film in different perspective.
THE CABIN IN THE WOODS (Dir. Drew Goddard)
“….” – Everyone on theatre
ANZ: Cabin in the Woods, adalah sebuah film horor paling berkesan tahun ini. Di satu sisi, ini adalah film standar horor sekelompok muda-mudi dengan stereotip klasik horror: bitchy girl, jock boy, nerdy boy, innocent girl, a joker, dengan hantu haus darah di sebuah kabin di tengah hutan. Tapi di sisi lain, ini adalah surga bagi geek horor, dengan referensi- referensi brilian yang tak mungkin bisa kamu temukan semua hanya dengan sekali menonton (Bisa menghitung berapa jumlah monster yang muncul di bagian akhir film?).
RR: The best horror this year. Hands down.
LOOPER (Dir. Ryan Johnson)
“Joseph Gordon-Levitt, with prosthetic in his forehead??!” – Some of Levitt diehard on Facebook
RR: Karena mungkin semua orang masukin film ini ke list best film mereka. Jadi gak perlu banyak penjelasan.
AK: Time-travel paradox, quantum mechanics & alternate timeline. Not the recipe for a blockbuster feature but Rian Johnson have managed a way to pull it off. Saya mulai mengikuti Rian Johnson setelah melihat Brick, highschool noirnya yang fantastis. Setelah heist movie-nya, Brothers Bloom, yang kurang memuaskan, Johnson kembali lagi dengan salah satu film sci-fi ambisius yang prima. Siapa yang tidak penasaran dengan wujud future Rainmaker?
KILLER JOE (Dir. William Friedkin)
AK: Willy Friedkin, yang kita kenal lewat film horror kelas Oscar nya, The Exorcist (1973) dan thriller neo-noir nya French Connection (1971) kembali turun gunung. Kali ini dalam bentuk dark comedy dengan setting southern gothic ala David Gordon Green di era '90an. Who could resist this one: Matthew McConaughey sebagai pembunuh berdarah dingin, Juno Temple sebagai objek pedophilia-nya dan Gina Gershon yang melakukan 'oral seks’ dengan ayam KFC. Beaver alert!
MOONRISE KINGDOM (Dir. Wes Anderson)
ANZ: Wes Anderson lagi-lagi membuat film dengan hal-hal yang sama (karakter-karakter canggung, warna-warna cerah, sebuah dunia kartun yang nyata), dan hasilnya sangat jauh dari membosankan. Plot film ini terasa seperti diambil dari buku kanak-kanak jaman dulu yang mungkin pernah kita baca. Tentang emosi kanak-kanak yang murni, versus kompleksitas dunia orang dewasa, dan petualangan musim panas ala Enyd Blyton. Dipenuhi dengan detail-detail kecil yang eksentrik dan menarik, seperti gambar-gambar sampul buku, piringan hitam tentang pelajaran musik yang diputar di turntable plastik (oiya, score film ini layak mendapatkan dua jempol), atau pelajaran geografi tentang sebuah pulau musim panas yang menakjubkan.
THE BAY (Dir. Barry Levinson)
“WTF!! Barry Levinson decides to make a horror film… found footage horror film!” – Some random dude on Twitter
RR: Yes, Barry Levinson. The dude yang bertanggung jawab sama career Tom Cruise. Dia banting stir, bikin found footage eco-horror tanpa major studio (fully independent) dan hasilnya WOW. The Bay mungkin adalah film found-footage terbaik ke tiga yang pernah saya tonton setelah Cannibal Holocaust dan Muzan E (not precisely a found footage, but the genre is bias). The Bay ngebawa kita ngingetin ke masa masa kejayaan 70’s eco-horror/nature run amok dan creature feature, nyatuin semua elemen yang ada di Prophecy, Jaws, Frogs dan ngeblend itu semua pake narrative structure yang ngebangun realism. Oh and the isopods things are really scary, last time I seen film about isopod was Deepstar Six!
SUPERMAN OF MALEGAON (Dir. Faiza Ahmad Khan)
“Heartwarming” – All of my friends when I screened this film
RR: Made by pure heart! Since I haven’t seen American Scream, perhaps Superman of Malegaon is the best documentary I’ve seen this year. If you’re an aspiring filmmaker, track this little gem, see it, and feel ashamed.
HITCHCOCK (Dir. Sacha Gervasi)
AK: Sebuah biopic mengenai 'the master of suspense’ yang diperankan oleh Hannibal Lecter (miscast?) tentunya akan menjadi tontonan yang menarik. Timelinenya dipadatkan pada saat Hitchcock sedang membuat 'Psycho’, lengkap dengan Scarlett Johansson sebagai Janet Leigh (another miscast?) dan problemanya dengan sensor Hays Code yang kontroversial pada masa itu. Setelah menonton ini kalian akan menonton kembali Rope, Frenzy, Rear Window sampai Notorious. Anybody who’s a fan of Hitchcock body of work need to see this one.
PROMETHEUS (Dir. Ridley Scott)
ANZ: Sebuah pencapaian visual dan penyampaian isu yang provokatif, meski ada beberapa cacat di sana-sini, tapi Prometheus sudah sangat cukup untuk membuat saya tidak sabar menanti film selanjutnya, yang kabarnya akan dirilis 2014. Dan kabar baiknya, Damon Lindeloff, yang banyak dicaci karena kecacatan plot film ini, tidak akan terlibat dalam sekuel Prometheus.
AK: Who could forget the 'child-birth’ scene? Classic.
LINCOLN (Dir. Steven Spielberg)
AK: Ternyata Daniel Day Lewis dan Lincoln memiliki muka yang sangat mirip (with the help of a little prosthetics of course). Beberapa bulan sebelum syuting, kabarnya Daniel Day Lewis membaca ratusan buku tentang Lincoln untuk studi karakternya, dan bahkan selama durasi syuting menyarankan semua kru film untuk memanggilnya dengan nama Lincoln, method-actor syle. Spielberg mengarahkan Daniel untuk memerankan hari-hari terakhir Lincoln dengan shot-shot yang menarik dari kolaborator lamanya, Janusz Kamisnki. All in all, this is an epic and most interesting historical drama i’ve ever seen. Cue John Williams score.
SHUT UP AND PLAY THE HITS (Dir. Will Lovelace & Dylan Southern)
ANZ: One of the best sounding and best looking concert movies of the recent years. Film ini berhasil menangkap jiwa final show yang spektakuler dari salah satu band paling berpengaruh di awal abad 21. Rasanya saya tak perlu lagi menjelaskan apa dan siapa LCD Soundsystem atau James Murphy, adalah sebuah kesalahan kalau kamu tidak tahu LCD Soundsystem. The show itself was spectacular, the band play the songs wholeheartedly, knowing that this might be the last time they will ever play as LCD Soundsystem. Dan ditutup oleh lagu LCD Soundsystem yang paling emosional dan melankolik, New York I Love You but You’re Bringing Me Down. Saya tak bisa membayangkan lagu lain yang lebih cocok untuk mereka mainkan sebagai penutup dari final show mereka.
SAFETY NOT GUARANTEED (Dir. Colin Trevorrow) / TED (Dir. Seth MacFarlane)
AK: Dua kontender terbaik dalam departemen komedi adalah Safety Not Guaranteed, sebuah dramedy sci-fi yang diperankan dengan cerdas oleh Aubrey Plaza (!!!) dan TED, karya Seth MacFarlane (Family Guy). I had to drop Dayton-Faris’s 'Ruby Sparks’ cause it’s not as cute and funny as these two.
ANZ: I’m a big fan of self deprecating, deadpan humor, and Aubrey Plaza is one of the finest (and the cutest!) comedians of that field. Dan di film ini, semua ekspektasi saya akan Aubrey Plaza terbayar, tuntas. Ini adalah salah satu film bertema time travel drama comedy dengan storyline yang cukup orisinil dan menarik. Film ini akan meyedot perhatianmu penuh sampai scene final yang jaw-dropping. Surely, this is this year’s cute little movie that must not be missed.
THE AVENGERS (Dir. Joss Whedon)
ANZ: The Avengers mungkin bukan film yang sempurna, tapi ini adalah sebuah film Avengers yang cukup bagus. Dan buat saya itu cukup, at least for now. Joss Whedon berhasil membuat mimpi basah para geek sedunia jadi nyata. Film ini jelas menaikkan standar akan sebuah film superhero yang ideal. Now if anyone can just give me a good Justice League Movie, I can die a very happy geek.
AK: The best popcorn flick of the year! You’ll get out from the theatre with a smiling face after seeing this :)
AI WEIWEI: NEVER SORRY (Dir. Alison Klayman)
AK: Ai Weiwei adalah figur yang sangat humanis, vokal, politikal dan anti-pemerintah. Ai Weiwei sempat menjadi konsultan artistik desain stadium Olympiade Beijing 2008, tetapi kemudian menyabotnya setelah tahu Olimpiade Beijing hanya propaganda politikal pemerintah. Kembali berurusan dengan aparat pemerintah (baca: dipukuli polisi dan dipenjara) setelah memfoto dirinya sedang menghancurkan vas dinasti Ming dan juga karena membikin tim relawan yang mencari dan mempublish 5000 nama siswa-siswi sekolah yang menjadi korban gempa bumi Sichuan di tahun 2008 (yang sebelumnya tidak dipublish dan dirahasiakan pemerintah). Selain memperlihatkan wawancara eksklusif, dokumenter ini juga membawa kita melihat proses pengerjaan karya-karya besarnya seperti Sunflower Seeds yang dipamerkan di Tate Gallery London dan juga potret intim kehidupan privatnya sebagai seorang ayah dan suami.
FRANKENWEENIE (Dir. Tim Burton) / WRECK-IT RALPH (Dir. Rich Moore)
“Burton’s best film since 1994’s Ed Wood or even 1990’s Edward Scissorhands.” - The Atlantic
AK: Dikembangkan dari film pendek Tim Burton, Frankenweenie (1984), This remake is a touching story about “a boy and his dog”, juga sebuah parodi & homage terhadap Frankenstein-nya Mary Shelley. Ini adalah animasi stop-motion hitam putih pertama yang ditayangkan di IMAX 3D. Those who love’s Burton’s visual & storytelling narrative since Beetlejuice, Edward Scissorhands & Ed Wood would love this one. Lupakanlah Alice in Wonderland & Dark Shadows, Tim Burton is back in form, baby!
PS: I also recommend Pixar’s 'Wreck-It Ralph’ too. A feel-good movie aimed for both young & older audiences, with a lot of retro gaming reference. And there is Sarah Silverman’s voice too!
SUSHI GIRL (Dir. Kern Saxton)
“It’s just ripping off Reservoir Dogs!” - All people bitching out Sushi Girl on internet.
RR: Torture porn, gangster, deretan cast fan-service, long dialogue, backstory, twisty yet silly ending, you name it, di eksekusi dengan cinematography yang brilliant. Jelas Sushi Girl emang copycat apa yang ada di Reservoir Dogs dan mungkin di film Tarantino lainnya, but hey, kalian juga bisa liat Django di Reservoir Dogs dan bahkan Navajo Joe di Inglorious Basterds kan? Why bother. Semua cast ngasih performa maksimal di film ini. Dan yang paling spesial dari film ini (dan juga alasan kuat kenapa saya masukin film ini dalam list film favorite di tahun 2012) adalah performa Mark Hamill.
JIRO DREAMS OF SUSHI (Dir. David Gelb)
AK: Who knows watching a documentary about sushi can be fun? Foodporn ini adalah dokumentasi tentang Jiro, sushi chef berusia 85 tahun, yang mendedikasikan hidupnya untuk menyempurnakan teknik dan membuat sushi terbaik. Beberapa chef seperti Anthony Bourdain menganggap Jiro sebagai sushi chef terbaik di dunia yang restoran sushi nya, “Sukibayashi Jiro”, sudah mendapatkan Michelin 3-star restaurant award. Educating and very entertaining!
KID WITH A BIKE (Dir. Jean-Pierre Dardenne & Luc Dardenne )
AK: Dardenne bersaudara selalu prefer 'handheld’ camera works, pencahayaan natural (baca: matahari), minim scoring/soundtrack, minimal setting dan kadang mengkasting aktor-aktor amatir dalam filmnya. Genre naturalism ini masih terlihat konstan di karya terakhir mereka, 'Kid with a Bike’. Tidak segelap karya sebelumnya, L'Enfant, plot simpel film ini pun bisa mereka garap menjadi sajian visual yang entertaining, dramatis dan mudah dicerna. Kali ini Dardenne keluar sedikit dari kebiasaan mereka dan memakai sedikit scoring disini. Criterion pun merilis film ini dalam katalog mereka. For those who liked Vittorio the Sica’s 'The Bicycle Thief’ or Roberto Benigni’s 'Life is Beautiful’, this one is a treasure.
ARGO (Dir. Ben Affleck)
AK: Di awal film, Ben Affleck menempatkan dirinya pada posisi “balanced worldview” yang tidak pro-AS atau pro-Iran, Tetapi setelah menjelaskan kudeta Shah Iran oleh CIA & pemerintahan Inggris (tahun 1950) dan menaruh prime-minister 'bayangan’ Reza Pahlevi, ritme film berubah menjadi misi penyelamatan AS yang patriotik dan cenderung menempatkan Iran sebagai antagonis. Walaupun dengan kekurangan tersebut, saya akui ini adalah film thriller yang cerdas dan bisa disejajarkan dengan skandal korporasi di Michael Clayton (2007) atau film spionase sekelas Syriana (2005) yang membahas geo-politik perebutan minyak di timur tengah. Setengah jam terakhir film ini adalah adegan airport paling menegangkan yang saya pernah tonton.
THE RAID (Dir. Gareth Evans) / DREDD 3D (Dir. Pete Travis)
ANZ: You are either a liar or blind to not see the similarity between these two movies. Kedua film ini menceritakan polisi yang menerobos sebuah bangunan bertingkat markas penjahat yang super brengsek, penuh dengan aksi baku tembak dan pukul-pukulan super seru. Dan kedua film ini bagus, dalam caranya masing-masing. The Raid adalah salah satu, kalau bukan film action paling beradrenalin dan gritty dalam beberapa tahun belakangan, an instant classic. Dan Dredd adalah sebuah film Dredd yang layak, tidak seperti film Dredd-nya Stallone yang payah itu. Dredd berhasil karena film ini tidak terlalu ambisius. Bukannya mengambil jalan cerita yang epik dan berskala besar seperti Judge Dredd (1995), film ini menceritakan satu hari yang ‘biasa’ dalam pekerjaan Dredd, dengan fokus yang cukup intens, and not taking itself too seriously.
AK: The Raid adalah love-letter dan homage Gareth Evans untuk semua film favoritnya: Sonatine, Hardboiled, Robocop, Escape From New York, sampai Enter the Dragon. Elemen klaustrofobik yang mengingatkan pada Assault on Precinct 13 (1976) dan Die Hard digabungkan dengan koreografi action yang maksimal, menjadikan ini film action favorit semua orang di tahun 2012. As for Dredd, this one really sticks to the original comic material as it supposed to be: Gory, dark and full of intense action. Polisi fasis favorit semua orang ini akhirnya mendapatkan adaptasi yang keren. And Olivia Thrilby is a plus :)
NAMELESS GANGSTER (Dir. Yun Jong Bin)
AK: Ini adalah jawaban Korea terhadap 'Goodfellas (1990)’ nya Martin Scorsese dan diperankan oleh the most badass person from Korea: Choi Min Shik (Oldboy anyone?). Nuff said.
SKYFALL (Dir. Sam Mendes)
AK: Satu hal yang terbesit di pikiran saya saat meninggalkan bioskop setelah menonton Skyfall adalah: “Kenapa Bond makin lama makin terlihat seperti Bourne?” But undoubtely, this is one of the greatest Bond film ever made (aside from the classics such as Dr. No & Goldfinger). Tidak ada gimmick, gadget, dan minim wanita cantik (sayangnya). Hal-hal tersebut tidak membuat film arahan Sam Mendes ini menjadi melempem. Action yang lebih realistis, dan performa memukau dari Craig dan Bardem ditangkap oleh sinematografer favorit saya: Roger Deakins. You’ll know this one’s gonna be epic after hearing Adele’s song in the intro: Pure, high-intensity action entertainment… We demand more Bond girls in the next one!
DARK KNIGHT RISES (Dir. Christopher Nolan)
AK: A terrific conclusion for the trilogy. Walaupun Bane-nya Tom Hardy tidak sememorable Joker-nya Heath Ledger, menurut saya ini adalah yang terbaik dari trilogi Batman nya Christopher Nolan, story-wise. Trifecta figur ayah Bruce Wayne masih berperan penting disini: Morgan Freeman yang bijak, Gary Oldman yang melakukan stunt berbahaya dan tentu saja Michael Caine yang memegang peranan kunci di scene-scene emosional film ini. Ada juga beberapa issue Occupy dan class-war yang diangkat disini. 99% VS 1% direpresentasikan oleh icon dari kedua 'kelas’ (Selina Kyle) & (Bruce Wayne). Ada satu scene dimana Bane pun sempat mengacaukan ekonomi Gotham dan membuat kekacauan di bursa efeknya. Christopher Nolan, how about doing a Justice League movie?
HEADHUNTERS (Dir. Morten Tyldum)
AK: Diangkat dari novel Jo Nesbø, film Norwegia ini adalah salah satu pentolan Scandi-crime genre yang mulai terangkat oleh 'Girl with the Dragon Tattoo-nya Stieg Larsson. Untuk sebuh film thriller kontemporer, Headhunters tidak terlalu mengandalkan spesial efek dan stunt-stunt yang berbahaya, tapi tetap menyajikan plot yang cerdas sebagai sajian utama. Salah satu scene yang memorable adalah dimana protagonisnya menyelam kedalam septic tank.
HEADSHOT (Dir. Pen Ek Ratanaruang)
AK: Salah satu new-wave director Thailand yang sedang naik daun, Pen Ek Ratanaruang kali ini kembali dengan neo-noir nya yang cukup twisted. Sang protagonis tertembak di kepala sehingga pengelihatannya terbalik, dan ya, penonton pun dalam beberapa scene dibawa melihat dunia sang protagonis yang terbalik (upside-down view). Lebih introspektif dan character driven dibanding film action standar, dan menampilkan gunfight yang cukup intens ketimbang martial art ala action-action Thailand. This one is very twisted and full of badassery.
HOLY MOTORS (Dir. Léos Carax)
ANZ: Holy Motors, adalah salah satu film paling surreal dan WTF tahun ini. Liar, aneh, menyentuh secara ganjil. Diawali dari seseorang yang terbangun di sebuah kamar, menemukan pintu tersembunyi di tembok, dan masuk ke sebuah teater yang memutar sebuah film klasik. Adegan berpindah ke seseorang yang berangkat kerja, dan menjalani harinya memerankan serangkaian karakter yang seperti muncul dari berbagai jenis film. Holy Motors berhasil menangkap berbagai emosi yang bisa muncul dari pengalaman menonton film.
AK: Another surreal mindfuck. The plot: A French lunatic living in Tokyo sewers trying to get back to France (??). Salah satu kontender paling original untuk tahun ini, i’ve never seen any other films like this.
Honorable Mentions:
Silver Linings Playbook (Dir. David O. Russell)
Goon (Dir. Michael Dowse)
Beasts of the Southern Wild (Dir. Benh Zeitlin)
Cloud Atlas (Dir. Lana Wachowski, Tom Tykwer & Andy Wachowski)
The Perks of Being a Wallflower (Dir. Stephen Chbosky)
On the Road (Dir. Walter Salles)
Django Unchained (Dir. Quentin Tarantino)
Amour (Dir. Michael Haneke)
To Rome with Love (Dir. Woody Allen)
Samsara (Dir. Ron Fricke)
The Master (Dir. P.T. Anderson)
The Act of Killing (Dir. Joshua Oppenheimer)
Cosmopolis (Dir. David Cronenberg)
Zero Dark Thirty (Dir. Kathryn Bigelow)
Berberian Sound Studio (Dir. Peter Strickland)
www.thebastardsofyoung.com
Order from 9 AM - 7 PM
LINE: bastards_of_young
Phone : 0812-2002-9263 (SMS only)