SAJAMA CUT is one of the most underrated veteran indie-rockers from Indonesia. Their latest incarnation is Marcel, Dion, Arta, Hans & Banu. GODSIGMA, their latest release is an all killer no filler album that you should check out.
SAJAMA CUT: “Setelah pandemi berakhir, Gue pribadi akan makan di warung dan pergi ke toko buku ”
[interview.aldy / pics.sajama cut docs / nov 2020]
Apa hubungan mecha-anime Space Emperor Godsigma dengan tema-tema di album ini?
Kita terus-terang gak memikirkan sejauh itu sih - it's just a cool-sounding word. Tapi gue liat ada paralel dimana robot Godsigma adalah gabungan banyak kendaraan kecil yang bersatu menjadi sesuatu yang lebih kuat, sama seperti unit band atau keluarga, atau geng teman masa kecil.
So tell us 5 of your favorite mecha anime film..
Hmmm...dari masa kecil gue, yang paling menonjol Shogun-Getter dan Babylon Tower, juga Voltus. Kalau dari era agak modern (setidaknya untuk gue), paling Macross dan Patlabor.
Apakah album ini kalian mencoba merevisit sound dan aransmen di The Osaka Journals (2005) dan Manimal (2010)?
Mungkin Osaka sedikit, dari segi aransemen yang menggunakan instrumentasi konvesional, yaitu gitar, bass, drum dan vokal. Dari segi penulisan lagu, gue juga mengarah ke melodi-melodi yang simpel seperti album itu meskipun Godsigma lebih agresif. Kalau Manimal adalah album yang benar-benar berbasis studio, jadi sangat beda dan lebih seperti cara kita bekerja pada umumnya. Gue suka meloncat antara dua pendekatan ini, agar SC selalu segar.
Apa kesulitan terbesar dalam membawakan materi-materi lama dibanding yang baru ini?
Kalau album yang berbasis live seperti Osaka, kita selalu mudah untuk membawakannya. Begitu juga 1-2 lagu yang lebih sederhana di Hobgoblin dan Manimal. Tapi ini adalah album yang paling mudah untuk dibawakan live, karena kita mengaransemennya pun secara "live" di studio latihan, berhadapan dengan satu sama lain. Sayangnya karena pandemi, kita belum bisa benar-benar memainkannya secara live. Tapi yang pasti, kalau nanti sudah aman untuk manggung lagu, setlist kita tetap mencampur materi lama dengan banyak materi baru.
Jika sebelumnya lebih berorientasi ke studio rekaman, kenapa sekarang kalian lebih memilih materi yang lebih enak dibawakan secara live?
Karena kita terpacu waktu manggung bersama band-band "rock" di era promosi Hobgoblin. Band-band yang membawakan materi yang cukup straighforward. Gue terpikir "Kita belum pernah merilis album 'rock' yang straightforward". Dulu gue merasa kurang tertantang dengan musik seperti itu, tapi melihat kekuatan live lagu-lagu seperti ini, membuat gue merasa bahwa musik rock yang sederhana sebenarnya valid juga sebagai sebuah art form.
Apa tema besar di lagu track 5 yang berjudul Lukisan “Plaza Selamanya, Leslie Cheung” Melukisku Melukisnya? Apa maksud dari lirik “Affandi berkaca”, “Puncak helikon” dan “Basuhlah laut dengan air mani mu?”
Pada dasarnya lagu itu mengenai pengorbanan yang harus kita terima ketika kita berusaha menjalani hidup ini dengan idealisme, etika, dan integritas. Orang sering meromantisasi hal-hal ini tanpa tau konsekuensi nyata dari menjalani hidup secara "lurus". Lirik-lirik itu mengacu ke legacy yang mau kita tinggalkan sebagai manusia. Apa kita hanya ingin menjadi seseorang yang setiap hari hanya bertahan hidup untuk tidak mati, atau ingin meninggalkan sesuatu agar diri kita dikenang dan memiliki arti, setidaknya oleh orang-orang terdekat kita.
Di tahun 2020 ini sudah banyak karya-karya monumental lahir dari dalam kamar dan home-recording. Tanpa batasan shift studio, kapan kalian bisa merasa puas terhadap suatu aransmen atau sound gitar sebuah lagu?
Bagi gue, semua instinktual. Karya apapun akan terasa "selesai" kalau perasaan kita merasakan dia sudah "selesai". Jadi platformnya apapun dan bagaimanapun, gak penting. Seringkali rekaman di 4-track tascam membuat lebih mudah mencapai rasa yang cocok untuk sebuah lagu. Tapi kadang, perlu studio mahal dan waktu yang lama untuk membuat sebuah lagu "jadi". Setiap kasus berbeda. Gue pribadi jarang sekali merasa puas secara audio, tapi gue bisa melihat semua kekurangan-kekurangan teknis sebagai bagian dari karya dan momen tertentu. Yang pasti, meskipun home recording bagus, penting untuk semua musisi untuk setidaknya beberapa kali bekerja di studio milik orang lain, dan bersama orang lain, untuk meluaskan perspektif dan pengalaman.
Patung-patung yang dipakai untuk artwork kover dan single-single GODSIGMA cukup menarik. Kenapa memutuskan untuk menggunakan patung? Siapa yang membuat patung dan artworknya?
Karena molding tangan di cover album Godsigma sudah lama jadi dan kita ingin menggunakan pendekatan yang sama untuk single-single-nya. Kita pikir akan seru kalau semuanya adalah molding muka kita sendiri. Yang membuat pertama adalah istri gue, gue sendiri, lalu anak-anak band. Semuanya dibantu desain dan pengarahan visual oleh Table Six studio.
Di 4 album sebelumnya lirik-lirik Marcel mayoritas berbahasa inggris. Menurut saya sangat sulit menulis lirik berbahasa Indonesia dengan baik, tetapi lirik-lirik sarkastik dan absurd di GODSIGMA terasa effortless dan pas, dengan lagu-lagunya. Kenapa memutuskan menggunakan bahasa Indonesia di seluruh lagu GODSIGMA? Apakah setelah 4 album kalian menemukan ramuan yang tepat untuk menulis lagu berbahasa Indonesia?
Gue cukup puas dengan lirik di album ini. Orang banyak membahas tentang bagaimana "aneh dll"-nya lirik-lirik ini. Tapi bagi gue, justru lirik-liriknya sangat harfiah dan obvious tanpa menggunakan metafor-metafor klise untuk mengungkapkan dirinya. rasanya fans musik disini terlalu nyaman dengan "pesan-pesan" yang itu-itu saja di lirik lagu, tapi diucapkan dengan 1000 analogi level puisi anak emo yang berbeda. Gue gak tertarik untuk berkontribusi lagi ke sentimen cinta/ sosio-politik semu membosankan yang pada hakikatnya cuma bilang berulang-ulang "aku suka kamu, kamu suka aku, aku tidak senang akan hal ini, aku senang akan hal itu, aku marah dengan keadaan ini dan itu, bla bal). We can only sing about the same shit for so many times. Gue lebih tertarik untuk menggali tentang kompleksitas kita sebagai orang dan kontradiksi yang ada terus di kehidupan kita masing-masing. Ini tema-tema nyata yang berhubungan dengan survival kita setiap harinya sebagai mahluk sosial.
Top 5 lagu berbahasa Indonesia dengan lirik terbaik versi Sajama Cut?
Gue suka lirik lagu "Kosong"-nya PS, "Waktu Yang Berhenti" dan "Senyawa Mesin" dari Koil, lirik-liriknya Homicide dan Ucok pada umumnya, Puppen yang "Nihil" dan "Lelah".
Apa proses kreatif Sajama Cut terhambat oleh pandemik? Bagaimana proses kalian dari men-sketch lagu sampai membereskan album ini?
Gue pribadi sedang merekam album kita yang berikutnya. Untuk live, kita sangat terhambat tentunya, dan itu membuat kita sedih karena album-album ini dibuat untuk panggung. Proses Godisgma sangat tradisional, yaitu gue menulis lagumembuat demo, dan membawa ide aransemen ke studio. Lalu anak-anak menambahkan ide-ide mereka.
Last question: Apa yang akan kalian lakukan setelah pandemi ini berakhir? Any comments about 2020?
Gue pribadi akan makan di warung dan pergi ke toko buku - kemungkinan berbarengan. Sebagai band, kita akan main live lagi yang banyak, dan menjalankan lagi Sajama Club live series.
www.thebastardsofyoung.com
Order from 9 AM - 7 PM
LINE: bastards_of_young
Phone : 0812-2002-9263 (SMS only)