Satria Nur Bambang is the founder of Ripple Magazine, vocalist of Pure Saturday & also play bass for Teenage Death Star.
SAT NB: “Gue sangat concern banget sama pergerakan yang ga 'terangkat' atau muncul ke permukaan.”
[interview.ak / pics.charlie bronson / November 2011]
Diantara band-band Lo yang terdahulu seperti The Jonis dan yang sekarang (Teenage Death Star & Pure Saturday), gimana perbedaan mood dan karakter masing-masing bandnya sendiri?
Perbedaan nya pasti bedaa.. Masing-masing punya kenikmatan sendiri-sendiri. Pusing dan problem nya masing-masing juga. Kalo ngomongin image dari satu personil band, itu gwa ga pikirin. Gwa berusaha jadi diri gwa sendiri aja di setiap band nya, walaupun band itu sendiri beda-beda karakter nya. Tapi selama isi band itu temen-temen deket gwa semua, ya pastinya gak masalah.. Wong personilnya juga itu-itu aja kok. Intinya yang gwa tangkep dari 3 band itu terbentuk juga berangkat dari kebosanan kita sendiri aja, berangkat dari kata: 'Bikin band yu..?' dan terjadilah. Ini juga tipikal karakter yang gwa suka dari temen-temen gwa, mereka ngga mati-matian JA-IM untuk bisa ekspresi di band nya.. Contoh anak-anak PS: Mereka mau gila-gilaan pas waktu The Jonis. Paling Achong nih yang udah mulai menua dan kena sindrom Solo star hahahah.
Gue ingat The Jonis pernah manggung di GOR Saparua Bandung dan membawa cheerleaders. How do you guys came up with that idea?
Gampang dan spontan banget sih ide itu muncul keluar nya... Gimana kita bisa mencuri perhatian penonton dan gwa pengen orang-orang ngeliat band itu di panggung 'Ngehek' aja.. Gimana terlihat para cewek-cewek teenagers menggeliat-geliat bersebalahan dengan mas-mas yang bangkotan. Berangkat juga dari karya-karya musik dan video Serge Gainsbourg.
Dulu pas Teenage Death Star manggung, Gue liat si Firman (Drummer TDS) tiba-tiba ke WC dan meninggalkan set drum nya ditengah lagu. Apa yang terjadi?
Ya itulah.. Semau dia aja.. Kalo emang pengen ke wc ya ke wc aja walaupun lagi manggung. Dan Achong di depan udah pengertian dan siap meng-cover si Firman buat aksi panggung nya. Dan kita nggak ada acara ngambek atau ngamuk sama Firman karena dia meninggalkan panggung. Satu karakter yang gwa sangat suka dari TDS adalah 'semua nggak di bikin susah'. Semua di bikin ketawa-ketawa dan akhirnya orang yang melihat juga setuju sama kita dan ikut menikmati. Kan memang itu inti dari nge band?
Denger-denger si Pure Saturday sedang recording materi untuk album baru ya? How's the recording process?
Banyak kejutan sebenernya dari album PS yang sekarang, dan kalau pendengar mengaharapkan nuansa yang sama dari album2 sebelum nya, pasti mereka akan kecewa. Karena menurut gwa nuansa di album ini cenderung lebih ekspresif dan lebih berdinamika. Secara musik juga kita lebih cenderung balik lagi ke referensi band-band tahun 70-80 an. Merespon musik si PS yang sekarang juga gwa secara vokal mencoba lebih 'bebas' dan ekspresif, nggak terlalu mendayu-dayu dan 'tertib' seperti karakter vokal si PS yang udah gwa buat sebelumnya. Belum lagi di tambah featuring-featuring musisi yang menurut gwa mereka sangat 'bahaya'. Pokoknya untuk album ini, kayanya kami sudah siap pasang badan buat berdiri diantara arus musik mainstream. Siap buat berspekulasi. Kita liat aja nanti deh, 'bangkar' atau berhasil.
You are the founder of Ripple Magazine, one of the pioneering independent magazine in Indonesia. Saya lihat subkultur yang ditampilkan Ripple di edisi-edisi awal sangat segmented, seperti mereview rave underground, ngefoto bencong sampai melakukan wawancara dengan seniman, skater dan surfer lokal. Sebagai alumni art-school, Pada awalnya, konsep apa yang ingin lo implementasikan di Ripple?
Pada jaman dulu tahun '98 an, gwa bareng sama Unkle D (Dendi Darman 347), satu studio di kampus. Mereka mau bikin media promo untuk clothing 347. Disitu gwa berangkat mulai bikin majalah Ripple sebagai media promo nya. Gwa sama sekali gak ada basic jurnalistik, fotografi atau desain grafis. Gwa cuma ngerti estetik yang menurut gwa bagus aja. Bagus dalam arti berlawanan sama arus yang sedang berjalan dan mengerti apa yang culture anak muda mau. Pada saat itu gwa sangat concern banget sama pergerakan yang nggak 'terangkat' atau muncul ke permukaan, disitulah gwa bareng sama teman-teman yang lain mengolah ramuan nya untuk bisa di terima dan di anggap 'cool'. Jaman dulu sama sekali nggak mikirin profit, boro-boro berharap siapa yang mau masang iklan di majalah itu, yang penting bikin artikel yang bagus, fotografi yang gak pernah diliat sebelum nya di indonesia, dan meneruskan semangat resistensi yang belum terselesaikan. Karena pada saat itu kita merasa sangat bosan sama trend culture yang sedang berjalan.. Bayangin aja apa kita cuman bisa manut sama majalah lokal mainstream atau sajian TV yang seadanya? Dimana dulu internet belum ada, dan semua informasi atau referensi harus dicari lewat buku atau majalah luar. Jadi kita mati-matian dan haus buat mencari segala yang bisa menutrisi kepala kita. Pada akhir nya justru klien pengiklan pertama kami adalah bukan orang Indonesia, mereka perusahaan Surfing besar di dunia, seperti : Rip curl, MOOKS, Quiksilver dll.. Mereka justru yang memahami isi kepala dan pergerakan kita. Orang/perusahaan indonesia sendiri sih boro-boro. Setelah majalah kami rame oleh perusahaan surfing dunia, baru deh yang lain pada masuk.. Tapi ironis nya setelah perusahaan atau clothing lokal masuk, justru brand-brand Surfing dan Skateboard tadi pada cabut. Mereka nggak mau di setarakan sama brand lokal. Disitu juga kita mulai solid sama penggerak-penggerak culture dari berbagai kalangan, kami mulai sejajar untuk bangkit ke permukaan bersama-sama.. Seperti contoh nya dari scene dance ada JAVABASS, FUTURE dll kita mulai bikin event bareng.. Bikin acara RIPPLE SHOW di klab yang sempit untuk band-band yang kita review dan gak pernah muncul di permukaan. Menciptakan DJ-DJ yang dulu nya mereka sama sekali nggak pernah nge DJ seperti Arian13, Helvi FFWD, David Tarigan dll yang memaikan lagu-lagu yang nggak pernah di dengar sebelumnya di scene dance. Pokoknya pada saat itu naluri resistensi sangat kami jaga dan pelihara, dibarengi sama budaya kritik oleh komunitas dan teman sekitar sangat sehat, yang menjadikan atmosfir youth culture pada saat itu menjadi sangat seru.
Kalo diliat alumni Ripple variatif juga ya dari rocker seperti Arian 13 (Seringai, Ex-Puppen), Robin (Ex-Puppen), seniman kaya Sir Dandy, David Tarigan, Syagini sampe Didit (FFWD). Gimana awal proses bergabungnya editor-editor tersebut?
Mereka sama sekali gak gwa paksa atau ajak secara formal. Kondisi saat itu emang terbentuk secara sendirinya, karena satu lingkungan permainan. Mereka yang memang satu pikiran di kepala, dan mempunyai misi yang sama. Bisa di bilang momen-momen itu terbentuk nya personil-personil 'Dream Team' Ripple Magazine. Semua mengalir sendiri dan mendukung setiap movement nya, dengan benang merah: kami muak dan prihatin dengan situasi culture anak muda pada saat itu. Mereka sangat berjasa untuk setiap pemikiran dan sumbangan tenaga nya, mereka adalah panutan bagi pemerhati nya, dan Ripple sebagai media penyaluran ide. Berkat mereka semua nya jadi lebih seru.
Eh Yo, Hobi baru Lo sekarang mancing ya? Ceritain dikit dong tentang subculture mancing ama si "Mancing Masbro" itu..
Mancing adalah kegiatan refreshing.. Ketemu alam ketemu orang-orang yang beda background, ketemu adrenalin, sama persis hal nya seperti gwa dulu lagi rajin surfing sama anak-anak 347. Cuman sekedar refreshing aja, bosen dan agak capek gwa ngikutin kehidupan kota. Lu di tengah laut bisa nyanyi-nyanyi sekeras-keras nya, minum bir dingin, ketawa-ketawa, makan ikan segar, atau berbuat bodoh semaunya. Dan bertemu alam adalah therapy yang bener-bener mujarab. Setahun lalu dari kegiatan mancing di laut gwa gatel bikin sesuatu, dan gwa jijay banget sama setiap orang menempakan imbuhan 'Bro' di setiap komen fesbuk atau chat dll.. Dan tengah malam gwa sambil ketawa-ketawa sendiri gwa bikin slogan: 'Mancing Masbro!' dan gwa buat sticker dan kaos nya.. Dan Fuck! Laku keras.. hahha.. Sebener nya being an Angler atau Mancing/Angling bisa dibilang guilty pleasure gwa, dimana gwa bisa exodus sejenak dari semua kotak kehidupan gwa. One time You should come and try it with my guys.. And we'll see what you'll say about it..
www.thebastardsofyoung.com
Order from 9 AM - 7 PM
LINE: bastards_of_young
Phone : 0812-2002-9263 (SMS only)