Zoo adalah band eksperimental rock dari Yogyakarta.
ZOO: “Ternyata ada alasannya jarang sekali orang bikin kemasan CD dari batu. Repot rupanya.”
[interview.ak / band pics.satya prapanca / cd pics.yesnowave / February 2013]
Kita baru aja melihat dan mendengar album terbaru kalian, Prasasti. Darimana datangnya ide membuat packaging dari batu granit seberat 1,7kg?
Rully: Zoo adalah band yang selalu merilis album secara online yang bisa diunduh gratis, tapi (kami juga) menyediakan kemasan fisik dalam jumlah terbatas yang bisa mempertegas tema album. Nah, Untuk mempertegas tema 'bahasa' di album kali ini, satu-satunya medium yang pantas memang harus menggunakan batu. Kami pun rela mengesampingkan segala risiko, pertimbangan biaya produksi dan sebagainya demi mewujudkan itu.
Ada kesulitan saat mempacking atau mendistribusikan versi fisik Prasasti?
Rully: Banyak sekali tantangannya. Jangankan mempacking, memproduksinya saja sudah repot karena tidak bisa sekadar datangi toko batu dan beli kotak cd yang sudah jadi seperti itu. Sebelum proses packing untuk didistribusikan, kami juga lakukan uji coba. Kami sengaja melempar-lempar beberapa batu seolah sedang ditangani di bagasi pesawat. Itu sebabnya kami terpaksa mendistribusikannya dengan gunakan packing kayu yang ekstra aman tapi super berat. Ternyata ada alasannya jarang sekali orang bikin kemasan CD dari batu. Repot rupanya.
Beberapa media membandingan musik "primitif" Zoo dengan Boredoms (Jepang). Apakah kalian menyukai Boredoms? Band apa saja yang kalian dengar beberapa bulan terakhir ini selama memproduksi album Prasasti?
Rully: Aku suka Boredoms. Soal band apa saja yang didengar selama produksi album, tiap personel mungkin berbeda-beda. Saya waktu itu bahkan hingga sekarang jarang dengarkan musik kencang, apalagi musik 'nganeh'. Waktu itu yang frekuensinya lumayan sering saya dengarkan mungkin Diamanda Galas, Ennio Morricone, atau musik populer semacam Procol Harum atau Queen, selebihnya musik tradisional.
Obet: Saya pribadi malah belum pernah mendengarkan Boredoms, saya mendengarkan Frank Zappa,Charles lloyd, dan beberapa musik-musik easy listening..
Bhakti: Boredoms menarik. tapi terlalu banyak musik yang dapat menginspirasi, bahkan musik-musik tanah air. Musik tenang seperti AKA, Soko, Aziza Mustafa Zadeh, Charles Manson, Jimi Hendrix, John frusciante, David Bowie, Justice Yeldham hingga Andi Liani mungkin baik untuk telinga saya, tanpa menutup kemungkinan untuk mendengarkan semua jenis musik dan suara-suara bumi ini sebaiknya. Amen..
Dimas: Saya pribadi juga malah tidak tau kalo ada band yang bernama Boredoms dan beberapa bulan trakhir sebelum terlahirnya album prasasti saya malah sering mendengarkan musik-musik yang umum, seperti yeah yeah yeahs, Portishead, Dido, Nirvana. ya musik-musik umum gitu!!
Rully menciptakan 'Zugrafi' untuk album Prasasti, lengkap dengan pedoman aksaranya. Ada cerita menarik dibalik itu? Darimana asalanya 'Zugrafi' ini bermula?
Rully: Zugrafi adalah aksara yang sengaja saya ciptakan untuk keperluan album Prasasti, demi mempertegas konsep album ini. Awalnya hanya terpikir untuk menulisnya langsung di lembar dalam album, tapi akan repot sekali. Itu sebabnya saya jadikan font resmi sehingga tinggal diketik dengan mudah. Karakter-karakternya juga banyak terilhami dari aksara yang sudah ada, baik yang kuno maupun modern. Proses penciptaannya pun mengalami beberapa kali revisi.
Di album Prasasti bahasa dari berbagai daerah di Indonesia kalian gunakan untuk lagu-lagunya: Aceh, Bugis, Palembang, Dayak, Lombok, Kawi, Sulawesi Tengah, Banjar, dan Minang. Apa ada kesulitan menulis lagu dalam berbagai bahasa tersebut? Saya lihat juga di credits ada penerjemah dan konsultan bahasa yang membantu kalian?
Rully: Sekitar dua tahun lalu sebelum memulai membuat musiknya, kami memang mencari orang-orang yang bisa menerjemahkan lirik ke bahasa-bahasa tradisional nusantara. Ternyata banyak yang menyanggupi. Setelah diseleksi, jadilah bahasa-bahasa tersebut yang digunakan. Para penerjemah ini tentu saja membantu juga untuk urusan pelafalan dan kecocokan makna.
Perkusi dan beat-beat Zoo terdengar primal dan euforik. Apa yang kalian harapkan dari penonton saat melihat showcase Zoo? Berdansa dengan liar? Bertelanjang dada sambil mengikuti ritme perkusi kalian?
Rully: Kami tidak berharap penonton harus merespons seperti apa. Itu sepenuhnya berada di luar kendali kami dan bukan hal yang perlu kami pikirkan. Jika mereka merasa tergerak untuk berdansa liar, silakan. Jika lebih suka menikmati dengan hikmad, silakan. Jika justru mual lalu keluar dari venue dan muntah juga silakan.
Obet: Tidak mengharapkan yang gimana-gimana, ya biarkan penonton berekspresi dengan gayanya masing-masing..
Bhakti: Tersenyumlah..
Dimas: Ya bebas penonton mau merespon dengan cara apa, yang pasti kami ingin penonton bisa menikmati, senang dan terpuaskan.
Album terakhir kalian, Trilogi Peradaban dirilis tahun 2009 dan Prasasti baru dirilis pada tahun 2012. Kenapa begitu lama proses produksi album ini?
Rully: Pertama, di tahun 2010 saya keasyikan dengan Senyawa (proyek eksperimental RUlly dengan Wukir Suryadi), sehingga waktu untuk Zoo berkumpul menjadi berkurang. Kedua, memang sebaiknya butuh selama itu untuk membuat album ini agar terdapat cukup waktu bagi selera dan pengetahuan musik kami untuk berevolusi. Andai album ini diproduksi hanya beberapa bulan dari album sebelumnya, kemungkinan perubahan yang terjadi masih akan terkesan dibuat-buat, belum merasuk.
Obet: Saya pribadi juga berkerja dan punya kesibukan lain. Kenapa lama? Ya mungkin moodnya baru dapat setelah 3 tahun.
Bhakti: Tahun 2009 akhir, saya keluar dari Zoo. Saya "berkelana". Melakukan hal-hal yang saya benar-benar saya inginkan dalam musik dan hidup saya. Sekitar pertengahan tahun 2011 saya kembali dari pengelanaan saya dan berkarya kembali dengan teman-teman dan sahabat Zoo.
Tema-tema lagu kalian sepertinya meliputi civilization, primal urges, animal instincts, history and life itself. Apa saja ketertarikan kalian pada tema-tema ini?
Rully: Peradaban memang tema besar Zoo yang menjadi landasan penulisan lirik, konsep dan pencitraan setiap album. Nama band, lirik, perwujudan musikal, citra di panggung, hingga cara bernyanyi pun semuanya bernas. Saya kurang paham maksud pertanyaan "apa saja ketertarikan kami", yang jelas kami suka menjadi band yang memiliki tema spesifik, ketimbang menjadi band yang hanya sebagai hiburan.
Gigs paling berkesan buat kalian?
Obet: Waktu di acara 17-an.
Rully: Kalau bagi saya, waktu tampil di acara 17 Agustusan yang digelar warga kampung. Penontonnya anak-anak dan ibu-ibu.
Dimas: Sama seperti Rully..
Beberapa film favorit kalian?
Rully: Banyak, dari film beneran semacam Enter the Void, Annie Hall, Human Nature, atau film seri semacam Louie, Breaking Bad, sampai film-film olahraga yang biasanya dibintangi mbak Sasha Grey :)
Obet: The Last Samurai.
Bhakti: Film-film ringan seperti Scarface, Memento, Taxi Driver, film kartun, dokumenter..
Dimas: Film? Stoned, The Doors, Davinci Code, Puss in Boots, Toy Story, dan masih banyak lagi..
www.thebastardsofyoung.com
Order from 9 AM - 7 PM
LINE: bastards_of_young
Phone : 0812-2002-9263 (SMS only)